Kamis, 05 November 2009

MORRISON =Memulai dari "Whiskey A Go-Go"



Memulai dari "Whiskey A Go-Go"

KETIKA tahun 1966 memasuki musim panas, protes anti-Perang Vietnam berubah menjadi kerusuhan di Sunset Boulevard, Los Angeles. Dan sebuah band rock yang tidak dikenal, yang menyebut dirinya dengan The Doors, menjadi band tetap di Whiskey A Go-Go di Sunset Boulevard itu.

Band ini dibentuk satu tahun sebelumnya oleh dua mahasiswa UCLA (University of California, Los Angeles) yang mendalami ilmu sinematografi. Mereka adalah Jim Morrison yang dikenal sebagai penyair cukup kondang dan Eay Manzarek, pemain kibor blues yang sejak kecil terlatih sebagai pianis musik klasik.

"Tadinya kami menjadi band tetap di London Fog, sebuah klub malam yang tidak jauh dari Whiskey," ungkap Manzarek. "Bermain di Whiskey menjadi cita-cita kami. Di situlah band-band besar tampil. Jika sedang istirahat, kami pergi ke Whiskey. Kami sempat berkenalan dengan manajemen di situ dan mereka tampaknya menyepelekan kami," lanjut Manzarek.

Akhirnya Ronnie Harran, salah seorang perempuan agen yang biasa nongkrong di Whiskey, terpikat kepada The Doors. Ia sangat tertarik pada aksi panggung Morrison dan segera menawari mereka tampil di Whiskey.

Di Whiskey itulah The Doors menempa diri habis-habisan dengan tampil dua kali setiap malam. Pada malam pertama, mereka menjadi band pembuka untuk Them, yang vokalisnya juga bernama belakang Morrison, yakni Van. Kedua Morrison pun bernyanyi bersama melantunkan Gloria, yang tentu disambut hangat para pengunjung.

Saat itu, The Doors hanya bermodalkan sekitar 15 lagu saja. Kadang kala mereka menampilkan pula nomor-nomor blues hitam ala Chicago seperti karya-karya milik James Brown.

Namun, berhubung tampil dua kali dalam semalam, The Doors mempunyai kesempatan untuk memoles penampilan teknis masing-masing serta menulis lagu-lagu sendiri. "Kami terus mengulang-ulang latihan dan meluaskan wawasan," kata Manzarek.

Pada saat itulah The Doors menulis Light My Fire dan The End, dua hit besar mereka. "The End berkembang menjadi sebuah epik justru pada waktu kami bekerja di Whiskey," ujar Manzarek lagi.

Tak lama setelah menjadi band pembuka, The Doors menarik perhatian pengunjung yang akhirnya juga menjadi pengikut fanatik mereka. Lebih dari itu, The Doors dan Whiskey menjadi pusat kontrakultur untuk generasi muda yang antikemapanan.

"Ada dua orang bernama Carl dan Vito dengan rombongan beberapa perempuan yang berdansa sangat atraktif. Mereka kami izinkan masuk tanpa perlu membayar tiket karena penampilan mereka yang bergaya hippies. Tentu saja banyak turis yang datang untuk menyaksikan tarian mereka," kata Manzarek.

"Hanya Tuhan yang tahu bagaimana mereka berdansa sangat indah seperti orang-orang kerusupan. Dan mereka sangat menyukai The End,"sambung Manzarek. Versi awal The End itulah yang belum disukai dan belum bisa dijadikan andalan bagi The Doors dalam konser-konser besar seperti di Hollywood Bowl di kemudian hari karena termasuk sopan.

LALU, suatu malam di bulan Agustus, Morrison tidak muncul dan yang tampil hanya tiga rekannya-Manzarek (kibor), John Densmore (drum), dan Robby Krieger (gitar). Pemilik Whiskey, Phil Tanzini, marah karena bukan Morrison yang bernyanyi.

Sebelum pertunjukan kedua dimulai, Tanzini menyuruh tiga personel The Doors menjemput Morrison. Ternyata, Morrison ada di apartemen dan sedang menenggak acid.

Mereka kembali ke Whiskey dan Morrison tampil habis-habisan. "Ia seperti berada di bulan, namun penampilan dia sangat memukau," tutur Manzarek.

"Setelah menampilkan tiga lagu, Morrison bilang kepada saya, ’Ayo kita nyanyikan The End.’ Saya jawab, belum waktunya karena nomor itu biasanya disimpan untuk lagu terakhir," ucap Manzarek lagi.

Pada nomor itu memang ada bagian yang memungkinkan Morrison untuk improvisasi. "Perlahan-lahan, ia mengucapkan lirik-lirik indah dan liar. Ia mengatakan, ’The killer awoke before down/He puts his boots on/Father, I wanna kill you.’ Semua menari histeris," tutur Manzarek.

Menurut pengakuan Manzarek, Krieger dan Densmore juga tampil luar biasa malam itu. Namun, Tanzini jelas marah karena lirik-lirik Morrison dianggapnya sudah jauh melanggar nilai-nilai waktu itu.

Sehabis tampil, Tanzini langsung memecat The Doors. Namun, ia tidak menyadari bahwa dua hari sebelum malam itu Morrison dan kawan-kawannya sudah menandatangani kontrak dengan Elektra Records yang membawa mereka ke tingkatan baru

Tidak ada komentar:

ROCK N' ROLL STILL ALIVE © 2008. Design by :vio Templates Sponsored by: Lagu Hits Lagu Manca