Kamis, 05 November 2009

Deddy Stanzah,Mick Jagger made in Kota Kembang

Bangun pagi rock n'roll
Lagi mandi rock n'roll
Sambil makan rockn'roll
Pergi sekolah rockn'roll
Tiada hari tanpa musik rockn'roll

Lirik lagu Rock N'Roll yang dilantunkan mendiang Deddy Stanzah, sesungguhnya menyiratkan sosok pria kelahiran 14 April 1949, itu, hidupnya untuk musik rock. Rasanya hanya Deddy Stanzah, pemusik rock, yang tetap bersikukuh dan konsisten dengan jenis musik ini. Musik rock seolah mengalir di denyut nadinya.
Di saat sederet penyanyi rock lain melantunkan lagu-lagu di luar musik ini, Deddy Stanzah tetap memeluk musik rock dengan setia hingga ajal menjemputnya pada Senin, 22 Januari 2001, pukul 23.00 WIB.

Bercorak rock n'roll
Pamor penyanyi bernama asli Dedi Soetansjah ini mulai mengkilap ketika membentuk The Rollies, 40 tahun yang silam. Saat itu, Deddy bersua dengan mendiang Delly Djoko Alipin dari kelompok Genta Istana dan Tengku Zulfian Iskandar Madian, serta Iwan Krisnawan, keduanya adalah personel kelompok Delimars. Mereka kemudian sepakat membentuk sebuah band bercorak rock n'roll yang memainkan repertoar The Beatles, The Bee Gees, The Hollies, The Rolling Stones, Beach Boys, dan banyak lagi. Deddy Stanzah lalu memberi nama kelompok ini, The Rollies. ''Karena dua personel berambut ikal atau roll dan dua lainnya berambut lurus, saya gabung dan jadilah Rollies,'' cerita Deddy Stanzah satu ketika.
Terbentuknya The Rollies terjadi pada April 1967, saat itu, di penjuru dunia tengah berlangsung British Invasion dengan merebaknya popularitas The Beatles hingga The Rolling Stones. Deddy tak pelak lagi adalah penggagas The Rollies. Ayahnya yang membuka usaha perhotelan di Bandung, Jabar, dilibatkan sebagai penyandang dana The Rollies. Sang ayah bahkan menyediakan seperangkat alat band lengkap untuk eksistensi The Rollies.
Di tahun 1969, The Rollies mendapat kontrak main di klab malam Singapura. Peluang emas ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mereka. Bahkan, The Rollies juga mendapat kesempatan membuat album rekaman di perusahaan Phillips dan menghasilkan dua album: The Rollies dan Halo Bandung.
Formasi The Rollies saat menginjakkan kaki di Singapura telah berubah dengan masuknya Benny Likumahuwa (trombone,saxophone ,flute) dan Bangun Soegito Tukiman (vokal,trumpet, biola). Tak lama berselang, The Rollies mulai mengarahkan diri sebagai kelompok rock dengan sentuhan alat tiup seperti Chicago, Blood Sweat & Tears maupun Tower of Power. Bersama The Rollies, Deddy Stanzah sempat mendukung sebanyak lima album. Tiga album di antaranya direkam oleh Remaco dan Purnama Record. Karena ketergantungan dengan narkotika, menyebabkan The Rollies harus mengambil keputusan yang ekstrim, yaitu meninggalkan Deddy Stanzah, sang penggagas The Rollies pada tahun 1974.
Limbung
Selepas dari The Rollies, Deddy Stanzah, sempat limbung dan frustrasi. Tapi, dia harus menelan konsekuensi, karena ketidakdisiplinan yang dilakukannya sendiri. The Rollies saat itu tengah berada dalam puncak kejayaan.
Tak lama berselang, Deddy direkrut grup rock tersohor Jakarta, God Bless. Ia masuk menggantikan posisi Donny Gagola sebagai pencabik bass. Donny sendiri mengisi posisi gitar yang ditinggalkan Ludwig LeMans. Namun, karena tidak becus dalam menunaikan tugas sebagai pemusik profesional, akhirnya Deddy Stanzah didepak dari God Bless setelah bergabung sekitar empat bulan dan hanya sempat sekali manggung di Palembang.
Selepas dari God Bless, Deddy mencoba bersolo karier. Dia sering tampil di berbagai pentas pertunjukan dengan berbekal sebuah gitar akustik saja. Dan, ternyata Deddy memang dianggap berhasil. Dengan kharisma dan karakter musik yang kuat, seniman ini memang berhasil menaklukkan ribuan penonton yang menjejali arena pertunjukan. Dengan mengadopsi pengaruh dari Mick Jagger dan Jimi Hendrix, serta Jim Morrison, Deddy Stanzah berhasil membentuk jatidiri musikal yang kukuh.
Walaupun demikian, Deddy masih belum jera untuk membentuk kelompok musik. Bersama dengan gitaris, Chris Manuel Manusama (pencipta lagu Kidung yang kini menjalani hidup sebagai pendeta) dan Yaya Moektiyo (drummer Cockpit dan God Bless), dia membentuk kelompok Tripod. Trio ini memang dinilai cukup potensial. ''Tapi, sayangnya mereka sering mabuk. Jadi main musiknya sering tak terkendali,' ' kenang Chris Manusama yang kini sering bolak-balik Ambon dan Belanda.
Dalam beberapa kesempatan, Tripod didukung Triawan Munaf dari kelompok Lizzard dan Giant Step. Saat itu, Tripod mulai membawakan repertoar dari Queen seperti March of Black Queen.
Sarat sensasi
Di bulan Mei 1976, atas gagasan wartawan musik, Denny Sabri, yang terobsesi ingin membentuk grup rock tangguh, lalu merekrut Deddy Stanzah (vocal,bass) , Deddy Dorres (vocal,gitar, keyboard) , dan Jelly Tobing (drums). Trio ini lalu diberinama Superkid. Seperti telah disiasatkan, grup ini selalu sarat dengan sensasi.
Superkid selalu diberitakan pada majalah Aktuil, tempat Denny Sabri bekerja. Superkid dari tahun 1977 hingga 1988 berhasil merilis enam album. Mungkin, inilah satu-satunya grup musik yang didukung Deddy Stanzah yang cukup lama bertahan, walaupun eksistensinya sering timbul tenggelam.
Deddy Stanzah selain mendukung Superkid, ternyata masih tetap aktif bersolo karier, baik di panggung maupun di studio rekaman. Di tahun 1976, ia merilis album solo perdananya bertajuk Play It Out Loud. Album ini menawarkan kualitas musik yang terpuji. Tak heran, karena didukung sederet pemusik sohor Bandung, seperti Albert Warnerin, Triawan Munaf, hingga mendiang Harry Roesli.
Di tahun 1977, dengan iringan Silver Train yang terdiri dari Yaya Moektiyo (drums), Harry Minggoes (bass) dan Agus (gitar), Deddy merilis album Gadis dalam Rock. Di tahun 1979, ia kemudian merilis album Pelangi diiringi Dodo Zakaria (keyboard), Oppop (drums), dan Emmand Saleh (gitar). Album ini menawarkan atmosfer yang agak berbeda, karena banyak dijejali nuansa jazz rock, di samping blues yang kental lewat lagu-lagu seperti Kosmetik Jiwa atau Plekie.
Sepercik air
Popularitas Deddy Stanzah semkin meluas, ketika dia menyanyikan lagu Sepercik Air karya Iman A Bharata dan Masa Depan di Tanganmu milik Benny E Gagola dalam album 10 Pencipta Lagu Remaja. Album ini berisikan 10 lagu yang diambil dari para semifinalis Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors 1979.
Hingga kini lagu Sepercik Air masih dikenang khalayak sebagai lagu terbaik pada zamannya. Di lagu ini, Deddy diiringi Prambors Band yang terdiri dari Oding Nasution (gitar), Yaya Moektiyo (drum), Dondy SM (keyboard), dan Sudibyo (bas).
Memasuki era akhir 80-an hingga 90-an, Deddy masih berkutat di bilik rekaman. Pada masa itu, ia lebih banyak merilis lagu-lagu single yang tergabung dalam sederet album kompilasi. Ian Antono dari God Bless, adalah salah satu peta musik single-single Deddy Stanzah seperti Aku Kembali (1987).
Sayangnya, Deddy masih belum bisa melepaskan kungkungan pengaruh narkoba. Menjelang akhir hayatnya, Deddy sebetulnya berkeinginan untuk keluar dari pengaruh narkoba. ''Dia ingin sembuh sebetulnya. Namun, Tuhan berkehendak lain,'' cerita Gito Rollies, sahabat terdekat musisi ini.
Selama delapan bulan, Deddy dihimpit berbagai penyakit, mulai dari jantung hingga paru-paru basah. Selama seminggu, Deddy sempat dirawat di sebuah rumah sakit di Bandung, tapi, karena tidak tahan, dia memilih berobat jalan. Di sela-sela penyakit yang mendera, ia masih tampil di panggung, antara lain bersama iringan Time Bomb Blues Band dan menyelesaikan peredaran album terakhirnya bertajuk Paradox. Dan, enam tahun silam, Deddy Stanzah akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. Meninggalkan Isye Larisdia, sang isteri, dan kedua anaknya: Ega Pintudana dan Putri Mentari, serta para penggemarnya di penjuru tanah air.

DISKOGRAFI:

Album Grup
Bersama The Rollies
1.The Rollies - The Rollies (Phillips,1968)
2.Halo Bandung - The Rollies (Philips,1969)
3.Let's Start Again - The Rollies (Remaco,1971)
4.Bad News - The Rollies (Remaco,1972)
5.Sign of Love - The Rollies (Purnama Record,1973)

Bersama Superkid
1.Trouble Maker - Nova Record 1976 2.Dezember Break - Nova Record 1977
3.Preman - Purnama Record 1978
4.Special Editions - Irama Tara 1979
5.Cemburu - Pratama Record 1983
6.Gadis Bergelang Emas - Prosound/Airo 1988

Album Solo
1.Play It Out Loud - Nova Records 1976
2.Gadis dalam Rock - Jacksons Records & Tapes 1977
3.Pelangi - Sky Record 1979
4.Studio - Blackboard 1991
5.Rock N'Roll - GNP/Hins Collections 1993
6.Paradox The Last Album - DCU Record 2001

Album Duet
Bersama Gito Rollies
1.Higher N'Higher - GMC Record 1976
2.Lepas Sensor - Sokha Record 1991
Album Kompilasi
1.10 Pencipta Lagu Remaja - DD Record 1979

Single
1.Tomboy - Sokha 1987
2.Aku Kembali - RCA 1988
3.Bondana - Atlantic 1990
4.Siapakah Aku - Billboard 1991

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Buseetttt ini tulisan saya dicopas tanpa menyebutkan nama saya

ROCK N' ROLL STILL ALIVE © 2008. Design by :vio Templates Sponsored by: Lagu Hits Lagu Manca